dan kini ia terdiam di ujung sepi
ketika penat menyetubuhi selaksa mimpi
pada kodrat yang masih menjati
di selasar malam yang selalu terhinggapi
tentang bibir yang mengulum sunyi
mengunyah aksara pada setiap tarian diri
menenggak setiap racun yang siap menghakimi
tanpa pelipur di makna yang tersendiri
tak terfahami
izinkan diri ini
duhai pemilik tarian sepi
menyemat mahkota di indah rambutmu yang tergerai
menapakkan diri sebagai pijakan di ujung kaki
merenda setiap tatapan matamu yang merindui
izinkan aku duhai pemilik sepi
mematahkan setiap bongkahan aksara sepi
memberi terang di seiap jalan yang terlalui
membakar lilin walau terang kan membumi
mengikatkan makna pada setiap jedah puisi
diamlah duhai pemilik sunyi
karena nada kan tetap mengalun di heningmu
jua tangkupan tangan yang menghiba Tuhan untukmu
menitikkan setiap airmata duka dalam laramu
.
lembah bulusaraung
090412 : 01.37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar