sedari tadi, dia berdiri menatap rimbun pohon yg bergerak
sementara riuh badai tak dihiraukannya
pun lebatnya hujan diantara desah dedaunan
matanya menatap lurus ke hijaunya daun
mencari dan menanti jatuhnya buah mangga yang bergelantungan, bergerak dan basah
tubuhnya yang kurus kini terlihat jelas
didalam kemeja yang telah basah kuyup oleh air hujan
terlihat lebih jelas
dari harapnya yang kunjung pupus
"kapan ya jatuhnya" ucapnya lirih sembari menyeka air yang membasahi wajahnya
"apakah akan jatuh?" tanyanya lagi di hening hatinya
dia tetap tegak ditempat yang sama menunggu dan menunggu
tanpa sadar bahwa yang akan jatuh itu bukan hanya buah mangga yang diharapnya
tapi jatuh bersama dahan besar yang kemudian menimpa tubuh kurusnya
tak ada kata yang sempat terucap dari bibirnya yang membiru karena kedinginan
dari balik kantong celana panjang hitamnya
secarik kertas basah, bertinta biru
tertulis jelas
"kak ... bisakah kau bawakan aku buah mangga?" pinta sang kekasih hati
sementara riuh badai tak dihiraukannya
pun lebatnya hujan diantara desah dedaunan
matanya menatap lurus ke hijaunya daun
mencari dan menanti jatuhnya buah mangga yang bergelantungan, bergerak dan basah
tubuhnya yang kurus kini terlihat jelas
didalam kemeja yang telah basah kuyup oleh air hujan
terlihat lebih jelas
dari harapnya yang kunjung pupus
"kapan ya jatuhnya" ucapnya lirih sembari menyeka air yang membasahi wajahnya
"apakah akan jatuh?" tanyanya lagi di hening hatinya
dia tetap tegak ditempat yang sama menunggu dan menunggu
tanpa sadar bahwa yang akan jatuh itu bukan hanya buah mangga yang diharapnya
tapi jatuh bersama dahan besar yang kemudian menimpa tubuh kurusnya
tak ada kata yang sempat terucap dari bibirnya yang membiru karena kedinginan
dari balik kantong celana panjang hitamnya
secarik kertas basah, bertinta biru
tertulis jelas
"kak ... bisakah kau bawakan aku buah mangga?" pinta sang kekasih hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar