pada terik yang menyengat sisa-sisa pagi
kalamku memburu laksana kuda di sahara
meracau di bibir tebing
mengerang dalam selaksa takdir
kumparan waktu melantak di hening
kala aksara bukan lagi menjadi aksara
meremah di sudut-sudut altar
dan menjadi pengganjal kaki meja waktu
“gamang” tulisku
tak melantun dalam seribu jedah
tak meriak di alur air sungai yang menguning
tak jatuh kala sang bayu menggoyangkan dedaunan kering
“gontai” kataku lagi
di setiap kugeser lengkung pelangi
ketika kugeser jua altar-altar suri
pun ketika syahdunya al-ghibran di setiap aksaranya
.
lembah bulusaraung
260911 : 13.20 wita
kalamku memburu laksana kuda di sahara
meracau di bibir tebing
mengerang dalam selaksa takdir
kumparan waktu melantak di hening
kala aksara bukan lagi menjadi aksara
meremah di sudut-sudut altar
dan menjadi pengganjal kaki meja waktu
“gamang” tulisku
tak melantun dalam seribu jedah
tak meriak di alur air sungai yang menguning
tak jatuh kala sang bayu menggoyangkan dedaunan kering
“gontai” kataku lagi
di setiap kugeser lengkung pelangi
ketika kugeser jua altar-altar suri
pun ketika syahdunya al-ghibran di setiap aksaranya
.
lembah bulusaraung
260911 : 13.20 wita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar