Kamis, 23 Juni 2011

PADA SANG TUAN PEMANTIK API

jejak bertaruh pada selangkangan waktu
tika cibir api memaku seribu bejana
dalam riak-riak gempar sebuah nama
tapi ajang mencari jejak tak bertuan


api itu berkobar tuanku
pada serunai jingga di gegap gempita seribu kepala
pada 17 milyar tabuh kantong-kantong berdasi

api berkobar tuanku
pada teriak seribu tangis anak bangsa
lalu ditangung renteng bak pinjaman pada rentenir
dan meninggalkan jejak yang memancung bayi di perut ibunya

sesak
desak
resah
gelisah

di api pordaa
seribu tangis kau ciptakan tuanku
seribu tengadah tangan meminta jawab
pada lendir-lemdir ludahmu tuanku

di api porda
mobil-mobil tak bertuan berjejak
tanah-tanah tak bertuan terhampar
dan kantong-kanting tuan bertambah tebal

di api porda tuan
tengadah langit menangis sendu
pada temaram daratan yang tetap membisu
pada desah pantai yang memanjang laraku

diamlah tangisku
karena sang tuan masih ada di tanah seberang
tenanglah hatiku
karena sang pemicu masih bertasbih menunggu ampunan
.
lembah bulusaraung
230611 : 20.38

Tidak ada komentar: